Search

Top yang sering dicari:

1. #Di
2. #Dir
3. #Dird

LBH-SAGU Apresiasi Sekolah Agraria Muhammadiyah, Dorong Kesadaran Kolektif Masyarakat Adat

Melanesiatimes.com, Kota Sorong – Sekretaris Lembaga Bantuan Hukum Selalu Ada Getakan untuk Umat (LBH-SAGU), Alexander Sagey, mengapresiasi pelaksanaan Sekolah Agraria yang digelar oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Sorong, Sabtu (28/9/2025).

Menurutnya, kegiatan ini menjadi wadah penting dalam memperkuat pemahaman masyarakat mengenai dinamika konflik agraria dan hak hidup rakyat.

Alexander menilai sekolah agraria tersebut memberikan nilai positif yang besar, terutama dalam membekali peserta dengan perspektif baru menghadapi tantangan perebutan lahan dan ancaman perampasan ruang hidup. “Kami mengapresiasi kegiatan ini karena memiliki nilai positif dan memberikan para peserta perspektif baru agar ke depannya siap menghadapi segala bentuk dinamika perebutan lahan serta hak-hak hidup masyarakat,” ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, para peserta disuguhkan beragam materi yang disesuaikan dengan karakteristik budaya masing-masing. Dengan mengusung tema “Mitigasi Eskalasi Perampasan Ruang Hidup Masyarakat”, Sekolah Agraria berupaya mengingatkan kembali pentingnya kesadaran akan konflik sosial, ekonomi, hukum, hingga kebijakan negara yang kerap berpihak pada kepentingan oligarki.

Sejumlah pemateri yang hadir berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari politisi, akademisi, praktisi, hingga aktivis LSM. Mereka menyampaikan pemikiran kritis mengenai strategi mempertahankan hak hidup masyarakat dari ancaman pengusaha dan penguasa yang kerap melakukan perampasan lahan secara tidak beraturan.

Alexander menegaskan, forum-forum seperti Sekolah Agraria harus terus dibuka dan diperluas agar masyarakat memiliki ruang belajar dan bertukar gagasan. “Forum-forum semacam ini harusnya terus dibuka agar kita selalu merawat pikiran dengan instrumen perjuangan berdasar pada perspektif dan pengetahuan baru,” katanya.

Ia berharap melalui kegiatan ini, generasi muda dan para aktivis dapat terus merawat kesadaran kolektif dalam memperjuangkan keadilan agraria. Semangat ini, lanjutnya, sangat penting untuk mendorong lahirnya kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat adat dan rakyat kecil.

Selain memberikan pemahaman teoretis, sekolah ini juga menjadi sarana membangun jaringan antaraktivis dan masyarakat lintas daerah. Pertukaran pengalaman dan strategi diharapkan memperkuat solidaritas dalam memperjuangkan hak-hak agraria.

Alexander menekankan pentingnya kontribusi nyata setelah mengikuti forum tersebut. Menurutnya, ilmu dan perspektif yang diperoleh harus diterjemahkan dalam aksi nyata di tengah masyarakat, terutama dalam mengawal kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

“Semoga dari forum ini kita bisa memberikan kontribusi terhadap anak muda maupun aktivis lainnya untuk merawat kesadaran kolektif dan berjuang bersama demi cita-cita luhur kita semua serta mendorong ditetapkannya undang-undang hukum masyarakat adat,” pungkasnya.

LBH-SAGU Desak Transparansi Penembakan Terhadap Maikel Welerubun Saat Kerusuhan di Sorong

Melanesiatimes.com, Kota Sorong – Lembaga Bantuan Hukum Selalu Ada Gerakan untuk Umat (LBH-SAGU) menyoroti insiden penembakan yang menimpa seorang warga bernama Maikel Welerubun saat kerusuhan yang terjadi di Kota Sorong pada 27 September lalu. Peristiwa tersebut menyita perhatian publik karena melibatkan dugaan penggunaan peluru tajam oleh aparat keamanan.

Sekretaris LBH-SAGU, Alexander Sagey, menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa tersebut. Menurutnya, hingga kini informasi yang beredar masih simpang siur, terutama terkait keterlibatan oknum aparat dari unsur TNI maupun Polri. Ia menegaskan pentingnya kejelasan dan transparansi agar masyarakat tidak terus diselimuti kebingungan dan spekulasi.

“Banyak informasi yang belum jelas dan bahkan saling bertentangan. Karena itu, kami mendesak aparat terkait untuk mengungkap siapa yang bertanggung jawab atas insiden ini,” ujar Alexander dalam keterangannya kepada awak media, Kamis (25/09/2025).

Alexander menambahkan, hasil uji forensik yang dilakukan terhadap tubuh korban menunjukkan adanya temuan selongsong peluru yang tertinggal. Bukti tersebut dinilai sangat penting untuk mengidentifikasi jenis senjata dan pihak yang menggunakan peluru tajam dalam kerusuhan tersebut.

“Selongsong peluru yang ditemukan di tubuh korban adalah bukti nyata. Ini menjadi kunci untuk menelusuri siapa oknum aparat yang menyalahi prosedur dengan menembakkan peluru tajam,” tegasnya.

LBH-SAGU menilai bahwa meskipun korban Maikel Welerubun selamat dan tidak meninggal dunia, penggunaan peluru tajam tetap merupakan pelanggaran serius terhadap standar operasional prosedur (SOP). Aparat keamanan, baik TNI maupun Polri, seharusnya mengedepankan langkah-langkah pengamanan non-mematikan ketika menghadapi kerusuhan massa.

“Dalam kondisi pengamanan masyarakat, peluru tajam seharusnya tidak digunakan. SOP sudah sangat jelas, keselamatan warga adalah prioritas utama,” jelas Alexander.

Lebih jauh, LBH-SAGU juga meminta agar proses investigasi dilakukan secara independen dengan melibatkan lembaga-lembaga yang kredibel. Langkah ini dinilai penting agar hasil penyelidikan dapat diterima masyarakat secara terbuka dan tidak menimbulkan kecurigaan.

Alexander menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Ia berharap kasus ini menjadi momentum bagi aparat untuk memperbaiki mekanisme pengamanan agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

“Kami berharap pemerintah, TNI, dan Polri benar-benar serius menangani masalah ini. Jangan sampai masyarakat kehilangan kepercayaan akibat lambatnya proses pengungkapan kebenaran,” tutupnya.

Insiden penembakan Maikel Welerubun kini menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk aktivis hak asasi manusia dan tokoh masyarakat. Warga Sorong berharap hasil investigasi dapat segera diumumkan agar kepastian hukum dan rasa aman kembali terjaga di tengah masyarakat.