Search

Top yang sering dicari:

1. #Le
2. #Dp
3. #Legi
4. #Leg
5. #Dpr

MUI dan Eks JI Sepakat Perkuat Moderasi Keislaman

Para Wijayanto dan Syukron Makmun
Mantan amir Jamaah Islamiyah (JI) Ustadz Para Wijayanto dan Ketua MUI DKI Jakarta KH Muhammad Syukron Makmun.

Melanesiatimes.com – Mantan amir Jamaah Islamiyah (JI) Ustadz Para Wijayanto menyatakan bahwa moderasi keislaman merupakan landasan utama bagi terciptanya suasana kebangsaan di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Para dalam diskusi Rumah Wasathiyah dengan tema “Refleksi Kemerdekaan : Semangat Wasathiyah dan Kontribusi untuk Anak Bangsa”.

“Al Wasathiyah atau moderasi keislaman sebagai fondasi bagi umat Islam untuk kembali menemukan jati diri kebangsaan mereka,” kata Ustadz Para Wijayanto seperti dikutip dari Holopis.com, Senin (18/8/2025).

Dalam melaksanakan moderasi keislaman, bukan berarti meninggalkan prinsip-prinsip Islam, melainkan menempatkan Islam sebagai posisi penyeimbang dalam membangun realitas kebangsaan di Indonesia.

Salah satu yang konkret dalam moderasi keislaman adalah bagaimana Islam membawa para pemeluknya menegasikan sikap ekstremis dan merasa paling eksklusif.

“Moderasi Islam menolak sikap ekstrem, baik ekstrem kanan yang cenderung keras dan eksklusif, maupun ekstremis kiri yang terlalu longgar hingga kehilangan identitas,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, sebagai mantan petinggi organisasi teroris di Asia Tenggara tersebut mengajak kepada para mantan anggota JI untuk kembali menata hidup dalam nuansa kebangsaan Indonesia yang lebih moderat. Salah satunya adalah memandang bahwa Indonesia adalah rumah besar bersama untuk seluruh bangsa yang berbeda-beda, baik suku, agama, ras maupun golongan.

Sebab ketika seluruh mantan Jamaah Islamiyah sudah bisa memandang Indonesia sebagai rumah besar, maka ruang gerak dan berpikir akan lebih luas. Bagimana memandang dan menyikapi perbedaan, serta mengakselerasi keislaman yang menjunjung tinggi rahmatan lil ‘alamin.

“JI adalah kolam kecil, sementara NKRI adalah kolam besar. Ibu Aqil menolak sikap jumud, sikap beku dalam memahami agama. Ia menekankan pentingnya keterbukaan, keadilan sosial, serta tanggung jawab umat Islam untuk menjaga tatanan masyarakat dan negara,” tuturnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua MUI DKI Jakarta KH Muhammad Syukron Makmun. Ia menegaskan bahwa kebangsaan Indonesia merupakan sebuah ikatan sosial yang erat antar sesama manusia yang sudah ditakdirkan berbeda-beda, sehingga antar mereka dapat hidup berdampingan dan rukun.

“Kebangsaan bukan hanya sekadar identitas, tetapi juga ikatan sosial dan moral untuk hidup berdampingan dalam satu negara,” kata Kiai Syukron Makmun.

Terlebih dalam Islam, telah diajarkan bagaimana mencipatakan dan menjaga persatuan dan kesatuan antar sesama. Bukan hanya kepada sesama Islam, melainkan dengan umat yang beragama lain.

“Islam mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan, sekalipun masyarakat terdri dari beragam latar belakang suku, etnis, dan agama,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, mantan Ketua FKPP Jamaah Islamiyah (Forum Komunikasi Pondok Pesantren JI) Mustaqim Safar juga memiliki pandangan yang sama. Bagaimana sebagai pemeluk agama Islam, semua orang harus mampu menciptakan unsur keseimbangan. Baik dalam kontek melaksanakan syariat Islam sebagai agama yang diyakini, serta melaksanakan amaliyah dalam konteks sosial bermasyarakat.

“Tawazun berarti kemampuan menempatkan segala sesuatu pada porsinya secara adil dan proporsional. Dalam konteks kenegaraan, umat Islam dituntut untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan publik, antara hak-hak warga negara dan kewajiban yang harus dijalankan, serta antara orientasi spiritual dengan tanggung jawab sosial,” tutur Mustaqim.

Kegiatan diskusi tersebut dilakukan secara hybrid, di mana para peserta yang berjumlah ratusan tersebut bergabung secara daring maupun luring. Mereka pun tampak antusias mendengarkan paparan demi paparan yang disampaikan dalam forum tersebut.

Terbaru

[latest_posts limit="5" style="simple" show_date="yes"]