Melanesiatimes.com, Kota Sorong Papua Barat Daya — Di tengah keterbatasan dan tanpa dukungan finansial tetap, Yayasan At-Taubah Peduli Sorong Griya Lansia Papua Barat Daya terus menunjukkan komitmennya dalam menjalankan misi sosial kemanusiaan. Lembaga ini tetap konsisten merawat para lanjut usia (lansia) terlantar tanpa pamrih, menjadi tumpuan harapan bagi mereka yang tidak lagi memiliki keluarga untuk bersandar. Kamis (09/10/2025).
Ketua Yayasan At-Taubah Peduli Sorong Griya Lansia, Edi Purnomo Golap, mengungkapkan bahwa hingga kini sudah banyak lansia yang pernah dirawat di yayasan tersebut dan sebagian telah dipulangkan kepada keluarganya. Saat ini, terdapat 14 lansia yang masih dalam perawatan, terdiri dari 11 orang muslim, 2 orang Katolik, dan 1 orang Protestan. Mereka semuanya adalah lansia yang benar-benar terlantar dan tidak lagi mendapatkan perhatian dari keluarganya.
Edi menegaskan bahwa Yayasan At-Taubah membuka pintu bagi siapa saja tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang etnis. “Di sini siapa saja boleh masuk, asalkan benar-benar terlantar dan tidak diurus oleh keluarganya. Kami tidak membeda-bedakan asal-usul, semua kami layani dengan hati,” ujarnya. Bahkan, katanya, terdapat satu penghuni yang juga merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang turut dirawat secara penuh kasih.
Menurut Edi, apa yang dilakukan oleh Yayasan At-Taubah pada dasarnya adalah bentuk dukungan kepada pemerintah daerah, khususnya dalam menangani permasalahan sosial di masyarakat. “Kami hanya membantu pemerintah daerah, karena sejatinya ini adalah tanggung jawab Dinas Sosial,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pihaknya rutin berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Sorong dan Provinsi Papua Barat Daya terkait kebutuhan administrasi seperti pembuatan Kartu Indonesia Sehat (KIS) bagi para lansia.
Namun demikian, Edi menyayangkan bahwa hingga saat ini belum ada respon terhadap proposal anggaran yang telah mereka ajukan kepada pemerintah daerah. “Kami sudah mengajukan proposal untuk dukungan dana, tetapi sampai sekarang belum ada jawaban,” keluhnya. Kondisi tersebut membuat operasional yayasan berjalan seadanya, mengandalkan donasi dari masyarakat dan relawan.
Lebih lanjut, Edi menjelaskan bahwa seluruh pengurus yayasan bekerja tanpa gaji tetap. Mereka melayani dengan niat tulus dan semangat kemanusiaan. “Kami di sini tidak ada gaji. Kalau ada donasi, kami berikan kepada petugas cleaning service, juru masak, atau admin. Jumlahnya pun bervariasi, ada yang hanya mendapat Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan,” ungkapnya.
Meski dengan segala keterbatasan, Yayasan At-Taubah terus berupaya memenuhi kebutuhan dasar para lansia. Mulai dari sabun, pampers, bedak, minyak angin, hingga sembako untuk kebutuhan makan tiga kali sehari. Semua kebutuhan tersebut sebagian besar diperoleh dari sumbangan masyarakat yang peduli.
“Kebutuhan harian cukup banyak, tapi kami berusaha semampu kami. Yang penting para lansia bisa makan dengan layak dan dirawat dengan penuh kasih,” tambah Edi. Ia juga mengakui bahwa semangat para relawan menjadi kekuatan utama yang membuat yayasan ini tetap berjalan.
Edi berharap agar pemerintah kota maupun provinsi dapat memberikan perhatian dan bantuan kepada Yayasan At-Taubah. “Kami hanya bekerja sebagai relawan, bukan tenaga kerja. Semoga pemerintah bisa melihat perjuangan kami dan membantu sedikit saja agar para lansia ini bisa hidup lebih layak,” harap KetuaYayasan At-Taubah Peduli Sorong Griya Lansia Papua Barat Daya, Edi Purnomo Golap.