Melanesiatimes.com, Makbusun Kab.Sorong, — Persiapan musim tanam ke-2 (MT2) tahun 2025 di areal persawahan SP Makbusun, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, ditandai dengan kegiatan bajak sawah yang berlangsung penuh semangat pada Selasa (09/09/2025)
Kegiatan ini melibatkan sinergi antara akademisi, TNI, dan kelompok tani setempat sebagai bagian dari upaya mendukung program ketahanan pangan nasional.
Hadir dalam kegiatan tersebut Danramil Salawati Kodim 1802-03, Kapten Inf. Semba, bersama 21 anggota TNI, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sorong (Unamin) Dr. Ajang Maruapey, SP., MP., serta Kelompok Tani Tinar Buko. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat memperkuat semangat gotong royong sekaligus mendukung kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kemandirian pangan.
Dr. Ajang Maruapey menegaskan bahwa pemerintah saat ini memandang ketahanan pangan sebagai persoalan strategis. Oleh karena itu, dukungan semua pihak sangat penting untuk mendorong petani tetap konsisten menanam padi sebagai kontribusi terhadap program nasional.
Sejak tahun 2022, Maruapey aktif mendampingi petani padi di Kelompok Tani Tinar Buko, Makbusun, maupun Kelompok Tani Sododi, Mariat. Ia selalu terlibat bersama Babinsa mulai dari pengolahan tanah, penanaman, hingga panen. Kali ini, katanya, keterlibatan TNI terasa lebih nyata karena ikut membajak sawah bersama petani.
Ia menilai peran TNI dalam musim tanam tahun ini sangat signifikan. Kehadiran militer, akademisi, dan petani dianggap sebagai kekuatan besar untuk memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Maruapey menekankan pentingnya menjadikan petani bukan hanya sebagai produsen, tetapi juga sebagai mitra strategis. Dukungan dari negara, riset, dan teknologi diyakini mampu mendorong sektor pertanian di Kabupaten Sorong agar lebih maju dan mandiri.
“Kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, TNI, dan akademisi harus terus ditingkatkan. Semua pihak harus bersatu agar ketahanan pangan di masa depan benar-benar dapat terwujud,” ujarnya.
Sementara itu, Kapten Inf. Semba menilai sinergi di Makbusun SP3, khususnya bersama Kelompok Tani Tinar Buko, merupakan contoh nyata kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, TNI bersama petani tidak hanya aktif pada masa tanam, tetapi juga ikut menjaga lahan dan mendukung proses panen bersama.
Ia juga menyoroti tantangan regenerasi petani. Sebagian besar petani di Majener dan sekitarnya sudah berusia lanjut, sementara generasi muda enggan terjun ke pertanian. Kondisi ini, menurutnya, perlu mendapat perhatian serius karena bertani adalah warisan budaya sekaligus identitas Indonesia sebagai negara agraris.
Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mencapai swasembada pangan. Kini, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah kembali menargetkan capaian tersebut. Untuk mewujudkannya, peran akademisi, TNI, dan pemerintah daerah dinilai sangat penting dalam memberikan solusi dan pendampingan teknis bagi petani.
Bagi TNI, keterlibatan dalam pertanian memiliki nilai strategis. Selain memastikan ketersediaan pangan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari sistem pertahanan semesta. “Rakyat adalah kekuatan bangsa. Ketersediaan logistik, terutama pangan, menjadi penopang penting dalam menghadapi berbagai situasi darurat,” ujar Kapten Semba.
Ketua Kelompok Tani Tinar Buko, Triono, menyampaikan rasa terima kasih kepada TNI dan akademisi atas dukungan yang diberikan. Menurutnya, kebersamaan ini sangat membantu petani untuk lebih optimis dalam menghadapi musim tanam. “Saya sangat berterima kasih, semoga hasil tanam tahun ini lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Sertu Ansori, Babinsa wilayah Makbusun SP3. Ia menegaskan kesiapan TNI untuk terus membantu kelompok tani dalam menjalankan program ketahanan pangan nasional. “Saya berharap kolaborasi ini berkelanjutan, sehingga hasil panen dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.
Kegiatan bajak sawah di Makbusun SP3 ini menjadi bukti nyata bahwa ketahanan pangan hanya dapat terwujud melalui kerja sama lintas sektor. Sinergi antara akademisi, TNI, dan petani di Sorong diharapkan menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain di Indonesia.